BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Filologi merupakan
suatu disiplin ilmu yang selama ini dikenal sebagai ilmu yang berhubungan
dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Studi mengenai karya tulis dimasa
lampau dilakukan karena adanya anggapan bahwa dalam peninggalan tulisan
terkandung suatu nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini.
Dalam filologi, untuk dapat mencapai suatu tujuan utamanya yaitu memurnikan
teks, maka diperlukan sebuah metode yang disebut dengan metote kritik teks.
Dalam metode kritik
teks, juga terbagi beberapa
macam metode, seperti : Metode Intitif, metode Objektif, metode gabungan,
metode landasan dan metode edisi naskah tunggal.
Dengan demikian, supaya
dapat mencapai tujuan filologi seperti telah dikemukakan diatas, maka terlebih
dahulu harus dapat memahami metode-metode tersebut. Makalah ini dibuat supaya
teori filologi setidaknya dapat dimengerti dan dipahami metode-metode penerapannya
sebagai suatu disiplin ilmu dalam perguruan tinggi.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian
kritik Teks?
2.
Bagaimanakah
langkah-langkah dalam kritik teks?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kritik Teks
Kata “kritik”
berasal dari bahasa Yunani krites
yang artinya “seorang hakim” Krinein berarti
“menghakimi”, Kriterion berarti “dasar penghakiman”. Kegiatan kritik teks
bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya.
Inilah tugas utama filologi, yaitu melalui kritik teks memurnikan teks. Langkah
awal kritik teks adalah perbandingan teks. Teks pada umumnya disalin-salin
denga tujuan tertentu. Frekuensi penyalinan naskah bergantung pada sambutan
masyarakat terhadap suatu naskah. Dalam hal teks profane yang dianggap milik
bersama, frekuensi tinggi penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat
digemari, dan begitu sebaliknya.
Berlawanan
dengan teks profane, teks sakral yang mungkin merupakan milik kraton dan hanya
dibaca dikalangan kraton saja tidak disalin sebab dipandang kesakralannya
berkurang karena penyalinan itu. Di Indonesia terlihat berbagai bukti bahwa
penurunan naskah-naskah dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan dan
sekaligus tidak merusak teks asli. Dengan adanya korupsi ini kritik teks dengan
berbagai metode berusaha mengembalikan teks ke bentuk aslinya sebagaimana
diciptakan oleh penciptanya. Teks ini dipandang otentik untuk dikaji lebih
dalam dari berbagai segi dan sudut pandang, asal pengkajiannya tetap
mengindahkan norma-normanya sebagai karya sastra.
Oleh karena
studi filologi erat kaitannya dengan studi sastra, perlu dijelaskan dalam
hubungannya dengan kritik, apa pula yang dimaksud kritik sastra. Objek
penelitian kritik sastra adalah karya sastra yang langsung dianalisis,
dipertimbangkan baik buruknya, bernilai seni atau tidak. Di samping itu, kritik
sastra memberi penerangan kepada masyarakat pembaca agar pembaca dapat lebih
jelas memahami karya sastra para sastrawan.
Dengan adanya kritik sastra,
pembaca mampu memilih karya sastra yang bernilai yang mengungkapkan nilai-nilai
kehidupan yang tinggi.
B.
Langkah-langkah
dalam kritik teks
1.
Perbandingan teks
Pada
umumnya suatu teks diwakili oleh lebih dari satu naskah yang tidak selalu sama
bacaannya atau yang berbeda dalam berbagai hal. Untuk menentukan teks yang
paling tepat digunakan sebagai dasar suntingan naskah perlu diadakan
perbandingan nasskah. Langakah pertama yang harus dilakukan ialah membaca dan
menilai (resensi) semua naskah yang ada, mana yang dapat dipandang sebagai
naskah objek penelitian dan mana yang tidak. Apabila jelas diketahui dari
berbagai keterangan yang terdapat didalam dan diluar suatu teks itu disalin
dari teks lain dan tidak menunjukan kekhususan apapun maka teks ini dapat
disisihkan karena dipandang tidak ada gunanya dalam penentuan teks dasar
suntingan. Penyisian teks kopi ini disebut eliminasi. Teks-teks yang dapat
dipakai untuk penelitian selanjutnya diperiksa keasliaanya (eksaminasi) :
apakah ada tempat yang korup, apakah ada bagian dari teks yang ditanggalkan
(lakuna), apakah ada tambahan (interpolasi) dari penyalinan-penyalinan
kemudian, dan ketidak sempurnaan lainnya.
Disamping
itu, dari bacaan-bacaan teks lain dicatat tempat teks yang berbeda. Bacaan yang
berbeda disebut dengan varian. Untuk mencatat apakah varian itu berasal dari
teks asli ataukah merupakan sebuah penyimpangan, dapat diruntun antara lain
melalui pemeriksaan kecocokan metrum dalam teks puisi, kesesuaian dengan teks
cerita, gaya bahasa, latar belakang budaya atau sejarah.
Dalam
menghadapi naskah dalam jumlah besar, maka langkah berikut setelah semua naskah
dibandingkan adalah mengelompokannya dalam beberapa versi. Anggota dalam
tiap-tiap kelompok dibandingkan, kemudian ditentukan hubungan antara suatu
kelompok dengan kelompok yang lain untuk memperoleh gambaran garis keturunan
versi-versi dan naskah-naskah. Selanjutnya barulah ditentukan metode kriti teks
yang paling sesuai dengan hasil perbandingan teks.
2.
Transliterasi
Transliterasi
merupakan suatu proses penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf, dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Instilah ini dipakai bersama-sama dengan istilah
transkripsi dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah.
Penggantian jenis tulisan pada prasati, umumnya memakai istilah transkripsi.
Apabila istilah transkripsi dibedakan dari istilah transliterasi maka
transkripsi diartikan sebagai salinan atau turunan tanpa mengganti macam
tulisan (hurufnya tetap sama).
Mengenai
pengertian transkripsi Pedoman umum
pembentukan istilah (1975) memberikan batasan pengubahan teks dari satu
ejaan kedalam ejaan yang lain (alih ejaan) dengan tujuan menyarankan lafal
bunyi unsur bahasa yang bersangkutan, misalnya :
a.
coup d’etat -----
Kudeta
b.
psychology ------
psikologi
dalam penyalinan kata-kata asing diatas dapatlah
kiranya dipakai pedoman salinan sesuai dengan lafal dan ejaan dalam bahasa
indonesia.
Transliterasi sangat penting untuk
memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan huruf daerah
karenakebanyakan orang sudah tidak mengenal atau sudah tidak akrab lagi dengan
tulisan daerah. Dalam melakukan transliterasi, perlu diikuti dengan pedoman
yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan
pungtuasi. Sebagaimana diketahui,
bahwasannya teks-teks lama ditulis tanpa mempeerhatikan unsur-unsur tata tulis
yang merupakan kelengkapan wajib untuk memahami teks. Hal iniberkaitan dengan
gaya penceritaan yang mengalir terus karena dulu teks ddibawakan atau dibacakan
pda peristiwa-peristiwa tertentu untuk dihayati dan dinikmati bersama-sama.
Penulisan kata-kata yang tidak mengindahkan pemisahan serta penempatan tanda
baca yang tidak tepat dapat menimbulkan arti yang berbeda, sedangkan prinsip
eejaan adalah keajegan disamping mengikuti ejaan yang sudah dibakukan.
Berdasarkan pedoman, transliterasi
harus memperhatikan ciri-ciri teks asli sepanjang hal tersebut dapat
dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu
pembaca dalam memahami teks. Kemudian, akan lebih bermanfaat lagi bagi peminat
dari daerah lain di Nusantara apabila teks yang sudah ditransliterasikan
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, kecuali teks berbahasa
indonesia. Dalam menerjemahkan kiranya dapat dipakai metode harfiah apabila
mungkin, dan metode bebas apabila perlu untuk menjaga kemurnian segala lapisan
teks dalam bahasa asalnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan
teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya. Inilah tugas utama filologi,
yaitu melalui kritik teks memurnikan teks. Langkah awal kritik teks adalah
perbandingan teks. Teks pada umumnya disalin-salin denga tujuan tertentu.
Frekuensi penyalinan naskah bergantung pada sambutan masyarakat terhadap suatu
naskah. Dalam hal teks profane yang dianggap milik bersama, frekuensi tinggi
penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat digemari, dan begitu sebaliknya.
Lnagkah awal yang dilakukan dalam kritik teks adalah melakuka perbandingan teks
dan transliterasi.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Baroroh Baried, Sulastin Sutrisno, dkk. 1994. Pengantar
Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi
Filologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.